cinta itu seperti bunga yang harus dirawat dan diberi pupuk serta
air, sehingga ia tetap segar dan hidup. Demikian juga dengan kisah
asmara Anda, terkadang ada kejenuhan di mana sebenarnya Anda butuh
sebuah penyegaran baru. Bukan dengan mencari seseorang yang kelihatannya
seperti lebih baik dari pasangan. Tetapi menggali dan mengingat lagi
apa yang manis dan bikin hubungan Anda berdua hidup.
Nah, beberapa cerita pendek tentang cinta ini mungkin dapat menghangatkan kembali cinta Anda dan si dia.
1.Cerita Pertama
Seperti biasanya, di hari Valentine selalu diwarnai dengan bunga
mawar dan cokelat. Kali ini seorang pria datang terburu-buru di tengah
hujan demi kekasihnya tercinta.
Tahu bahwa ia terlambat dan hujan
keburu turun, iapun meminta maaf pada kekasihnya yang terlihat cemberut.
Hari itu mereka berencana makan malam berdua, persis seperti yang
diinginkan si wanita di film-film yang ditontonnya.
Wanita itu
lupa, bahwa romantisme bukan sekedar meniru adegan di film saja, yang
terkadang justru tidak nyata. Ia juga lupa, bahwa sebenarnya romantis
itu datang dari berbagai cara, seperti yang dibawa oleh kekasihnya.
"Aku membawakanmu bunga ini," sodor si pria. Ia tetap membisu dan memasang wajah tak suka.
Akhirnya
ia menerima 12 tangkai mawar yang masih basah karena tersiram air
hujan. Iapun kaget, "kenapa ada satu mawar plastik di sini? kamu nggak
rela ngasih aku bunga mawar?" kemarahannya memuncak lagi.
Masih
dengan sabar, si pria menjawabnya, "aku memang sengaja membawa 11 mawar
segar dan setangkai mawar plastik. Bagiku, aku akan mencintaimu hingga
si mawar plastik itu mati..."
Merasa bersalah karena ledakan
kemarahannya, si wanita menangis berurai air mata dan memeluk
kekasihnya. "Maafkan aku, aku sudah berpikiran jelek padamu..."
11
tangkai bunga mawar segar itu memang cantik seperti di film yang
dilihatnya, tetapi setangkai mawar plastik yang dibawa kekasihnya itu
melambangkan cinta yang abadi dan tak pernah mati.
See, romantisme itu tak hanya harus dipandang dari satu hal yang pernah dilakukan di film-film saja.
2.Cerita Kedua
Kalau diingat lagi, berapa kali si dia mengatakan 'Aku cinta kamu'?
Satu kali? dua kali? atau dulu pernah mengatakan saat sedang menembak
saja dan sekarang hampir tidak pernah? Ladies, jika saat ini Anda
meragukan cintanya karena ia tak pernah lagi mengucapkan tiga kata
tersebut, ada sebuah hal yang perlu Anda tahu...
Suatu hari,
sepasang kekasih yang bernama Arya dan Aryani sedang duduk di tepi
danau. Saling bergandengan tangan dan terdiam. Tak lama kemudian,
pasangan Aryani membuka suara.
Aryani: Apakah kau benar mencintaiku?
Arya: Tentu saja, sayang.
Aryani: Aku ingin mendengar dari bibirmu sendiri. Bukan kau mengatakannya saat aku bertanya saja.
Arya: Ahhh... kukira aku tak harus sampai begitu.
Aryani: Lho, mengapa tidak?
Arya: Hmm... karena apa yah...
Aryani: Aku kan hanya ingin kau mengatakan kalau kau mencintai aku. Itu saja, kenapa sepertinya sulit sih?
Arya: Tapi aku tidak bisa
Aryanipun
mulai menangis sesenggukan. Pikirannya kalut dan ia mulai yakin bahwa
Arya tidak serius kepadanya. Ia hanya bermain-main, dan ia tak pernah
mencintainya.
Aryani: Kalau begitu kau tidak mencintaiku!
Masih terdiam dan memandangi air yang mengalir tenang. Aryani membiarkan air mata membasahi pipinya.
Aryani: Mengapa? Mengapa kau begitu tega terhadapku?
Arya: Jadi, apakah kau benar-benar ingin tahu?
Aryani: Tentu saja! (bentaknya)
Aryapun
meraih bahu Aryani dan memeluk tubuh kecilnya itu dengan erat. Mencium
keningnya dengan perlahan dan berbisik di telinganya, "karena tiga kata
itu tidak cukup untuk mengungkapkan betapa aku mencintaimu, sayang..."
Cinta. Tak pernah cukup diungkapkan lewat tiga kata 'Aku cinta kamu'. Percayalah, cinta itu lebih dari sekedar itu...
3.Cerita Ketiga
Ini adalah kisah cinta antara kakek Arun dan nenek Gemma. Mendengar
kisah cinta mereka, aku menyadari bahwa ternyata cinta sejati itu memang
ada. Dan ingin segera kulupakan sakit hatiku karena kisah cintaku
sendiri.
Semoga cerita ini juga bisa menyembuhkan kekecewaan akan cintamu saat ini...
Nenekku
populer sebagai gadis yang tercantik di kotanya saat itu. Banyak pemuda
yang menaruh hati pada nenek dan bersedia memberikan cintanya. Mulai
dari yang tampan hingga yang kaya berusaha menarik perhatian nenek,
tetapi nenek tak pernah tertarik pada semua pemuda itu.
Hingga
suatu saat kakek bertemu nenek di sebuah pesta. Kakekku adalah pemuda
yang biasa-biasa saja. Tidak tampan, dan tidak kaya. Hari itu ia
mengumpulkan semua keberanian dirinya untuk menyapa nenek. Mengajaknya
sekedar menikmati secangkir kopi di sebuah coffee shop di ujung kota.
Entah mengapa nenek mengiyakan ajakannya. Berharap segera keluar dari
hiruk pikuk pesta.
Di sana mereka duduk berhadapan, dengan wajah
cemas kakek berharap bisa berbincang banyak dengan nenek yang saat itu
cuek dan tak terlihat tertarik sama sekali. Kata nenek sih, ia menerima
ajakan kakek karena telah merasa bosan dengan pesta tersebut. Nenek
menggunakan alasan kakek agar ia bisa pergi dan segera pulang. Di tengah
perbincangan yang membisu, kakek memanggil pelayan coffee shop
tersebut. "Pak, bolehkah aku meminta sedikit garam untuk dimasukkan pada
kopi ini?" Semua orang yang ada di sekitar kakek dan nenek keheranan.
Untuk apa garam dimasukkan ke dalam secangkir kopi?
Hal tersebut berhasil menarik perhatian nenek. "Untuk apa kau menaruh garam di dalam kopimu?" tanya nenek.
"Oh...
ini hanya sebuah kebiasaan lama ayahku. Dulu aku tinggal di sebuah desa
dekat pesisir pantai. Di sana kami biasa menambah garam pada kopi agar
tetap ingat pada laut, tempat tinggal kami. Dan, hari ini aku rindu
kampung halamanku. Aku juga rindu pada orang tuaku yang sudah meninggal.
Agar aku tak lupa akan mereka, aku terbiasa menaruh garam di dalam
kopiku," tutur kakek.
Nenekpun merasa tersentuh. Tak pernah
ditemui pemuda semanis kakek. Sejak saat itu, mereka selalu pergi
berkencan dan bercerita panjang lebar. Merekapun akhirnya menikah. Hidup
bahagia, hingga punya banyak anak dan cucu.
Suatu kali, di ulang
tahun pernikahan ke-50, kakek akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Di sebuah kotak berisi perhiasan kado ulang tahun pernikahan,
ditinggalkannya secarik surat untuk nenek. Karena mata nenek sudah
kurang awas untuk membaca, maka ia memintaku untuk membacanya. Kira-kira
beginilah isi surat itu...
Gemma yang terkasih,
Aku meminta
maaf akan sebuah kesalahan yang sangat besar, yang pernah kulakukan
sepanjang hidupku. Aku menyimpan sebuah kebohongan besar selama ini.
Ingatkah saat aku mengajakmu ke coffee shop hari itu? Saat itu aku
sangat gugup sekali. Saking gugupnya aku ingin meminta tambahan gula
untuk kopiku. Namun, entah kenapa yang terucap adalah aku meminta garam.
Aku
tak ingin terlihat konyol di depanmu. Dan akhirnya aku mengarang cerita
itu. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Kau terlihat begitu cantik dan
sempurna, hingga aku tak ingin melepaskanmu.
Tetapi, percayalah
sayang... bahwa sepanjang hidupku aku sangat mencintaimu. Aku tak ingin
kehilangan diriku. Sehingga sekalipun setiap pagi kau buatkan kopi asin
itu, semua selalu terasa manis karenamu. Jujur saja, kau mungkin tak
akan suka rasanya, karena sebenarnya rasanya sungguh tidak enak.
Gemma, aku hanya ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu.
Air
mata nenekpun turun membasahi pipinya. Ia sadar betapa besarnya cinta
kakek padanya. Sejak saat itupun ia selalu menambahkan garam di dalam
kopinya. Setiap kali ada orang yang bertanya bagaimanakah rasa kopi bila
ditambah garam, ia akan menjawabnya "rasanya manis sekali :)"
4.Cerita Keempat
Pernahkah bertanya pada kekasih atau suami, "kenapa kamu
mencintaiku?" Setidaknya 3 dari 5 orang pernah menanyakan hal ini pada
kekasih atau suaminya. Dan, jawaban yang diperoleh tak selamanya
romantis, kan? Bahkan sebagian besar pria malah meresponnya dengan
gemas, "tak cukupkah kehadiranku menjawabnya?"
Berikut adalah sebuah kisah yang dititipkan oleh para pria tentang cinta mereka...
Suatu
hari, seorang pasangan kekasih sedang berjalan-jalan di taman.
Dipetiknya sebuah bunga yang cantik oleh si pria dan diberikan kepada
kekasihnya, "ini untukmu sayang." Di luar dugaan, kekasihnya justru
terdiam. Tak berapa lama kemudian ia bertanya pada kekasihnya?
Wanita: Kenapa kau menyukaiku? kenapa kau mencintaiku?
Pria: Aku juga tidak tahu alasannya. Tetapi aku sangat menyukaimu, aku mencintaimu, sayang.
Wanita:
Kamu jahat. Kamu bahkan tidak bisa menyebutkan satu alasanpun mengapa
kau menyukai aku. Kalau suatu saat nanti ada yang lebih cantik dari aku
pasti kau akan meninggalkan aku. Bagaimana bisa kau bilang kau
mencintaiku jika kau tak tahu alasannya?
Pria: Aku benar-benar
tidak tahu alasannya, sayang. Tetapi, bukankah perhatian, kasih sayang
dan kehadiranku di hidupmu sudah menjadi bukti cintaku?
Wanita: Bukti apa? Semua tidak membuktikan apapun. Aku hanya butuh alasan, kenapa kamu bisa menyukaiku? Kenapa kamu mencintaiku?
Pria:
Baiklah, akan kucoba cari alasannya. Eum... karena kamu cantik, kamu
punya suara yang indah, kulitmu halus, rambutmu lembut... Cukupkah
alasan itu?
Kekasihnya kemudian mengangguk, dan menerima bunga itu dengan senang hati.
Di sampingnya ada secarik surat. Iapun membacanya.
"Kekasihku,
Karena suaramu tak lagi semerdu dulu, bagaimana aku bisa mencintaimu?
Dan karena rambutmu kini sudah tak panjang dan lembut lagi, aku tak bisa membelainya. Aku juga tak bisa mencintaimu.
Apalagi kini banyak jahitan di wajahmu yang dulu mulus.
Jika benar cinta itu butuh alasan, kurasa aku benar-benar tak bisa mencintaimu lagi sekarang.
Tetapi....
Cintaku bukan cinta yang palsu.
Cintaku kepadamu tulus. Aku menyukai dirimu yang apa adanya. Aku tidak jatuh cinta karena kau punya suara yang merdu, rambut yang indah serta kulit yang mulus. Aku mencintaimu tanpa alasan apapun.
Sampai kapanpun, aku tetap akan mencintaimu. Sekalipun nanti rambut putihmu mulai tumbuh, kulitmu mulai menua dan keriput, aku selalu mencintaimu.
Menikahlah denganku..."
Cinta tak pernah membutuhkan alasan. Ia juga akan tetap hadir secara misterius. Datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Percayalah akan kekuatan cinta, karena kau tak pernah tahu seberapa besar ia akan membuat hidupmu bahagia.
5. Cerita Kelima
Serendipity sendiri adalah istilah dari bahasa Inggris yang artinya 'kebetulan'. Dikatakan 'kebetulan' bukan sesuatu yang dianggap meremehkan, namun sebuah 'kebetulan' yang tampaknya sudah direncanakan dengan sangat baik oleh-NYA. Seperti yang kurasakan ini...
IPK cemerlang ternyata tak pernah menjamin seseorang mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Di dunia kerja yang keras, persaingan jauh lebih ketat ketimbang modal IPK saja. Dan beginilah aku, prestasi yang selama ini kubanggakan bak selembar kertas yang hanya dikirim-kirimkan ke berbagai perusahaan. Sudah banyak panggilan yang kudatangi, hasilnya... hingga sekarang tak satupun pekerjaan yang bisa kujalani. Aku nyaris putus asa ketika seorang teman mengajakku untuk ikut job fair di sebuah hotel terkenal. Dan apabila ini adalah kesempatan untuk meraih mimpi, tak akan pernah kulewatkan lagi.
Sebuah suara mengejutkanku, "ada yang bisa dibantu?" dengan senyum yang ramah dan manis ia menawarkan bantuannya. Aku memang tak pernah berpengalaman mengikuti job fair. Alhasil di sana aku hanya bengong melihat ke sana kemari dan membaca semua daftar nama perusahaan yang terpampang di depan booth itu. "Ah, enggak. Masih lihat-lihat saja kok," jawabku. Iapun kemudian menyodorkan sebuah lembar kertas, yang isinya posisi kerja di tempat perusahaannya. Setelah kulirik, ah rasanya aku sama sekali tak tertarik. Namun entah mengapa akhirnya aku menyodorkan amplop berisi CV-ku padanya.
Setidaknya hanya itulah hal yang bisa kuingat dari peristiwa setahun lalu. Aku bahkan tak ingat bahwa ternyata Bara yang dulu menyodoriku info lowongan itu. Aku begitu meremehkannya, walaupun ternyata bekerja di sini sangat menyenangkan.
Ngomong-ngomong soal Abimanyu, dialah topik yang ingin kubicarakan. Ia sosok yang sopan, ramah, penuh senyum dan ahh... rasanya ia begitu sempurna untuk kuceritakan. Haha... biarlah saja orang mengira aku cinta buta. Tetapi jatuh cinta kepadanya adalah sebuah kebetulan yang sangat menyenangkan. Sesuatu yang tak pernah kuduga sebelumnya, dan nyatanya memang kami sengaja dipertemukan.
Seperti dugaanku, Pak Bambang memang memeriksa semua detail event kali ini. Mengomentari semuanya dari A sampai Z, bahkan hingga ke sepatu pemain tak lepas dari komentarnya. Namun ternyata usahaku tak sia-sia "Kerja bagus Tita!" katanya memujiku. Apa yang sudah kususun membuatnya puas walau masih diwarnai komentar darinya.
"Turun!" bentaknya. Di dekat sebuah perempatan jalan ia membentak dan menurunkanku. Dengan penuh emosi dan sikap cuek seperti biasanya. Kekasihku ini memang orangnya sangat temperamental. Ini bukan pertama kalinya ia menurunkanku di tengah jalan ketika bertengkar. Aku tak ingat berapa kali ia melakukannya padaku, sampai-sampai rasanya aku telah terbiasa. Dalam hatiku, keesokan hari ia akan menyesal dan datang pagi-pagi dengan membawa permohonan maaf padaku.
Hari itu lain. Hatiku tak berkata begitu. Dan mungkin inilah pertemuan terakhir kami, di mana ia sudah tak ingin lagi melanjutkan hubungan kami. Aku sendiri merasa ini adalah hal yang aneh. Hubungan kami bukanlah hubungan pasangan kekasih yang berjalan normal seperti biasanya. Ia sering bersikap kasar, meninggalkanku dan menganggapku sudah cukup dewasa serta mandiri untuk melakukan berbagai hal. Pikirku, memang ia adalah orang yang sibuk, dan ia bukan tipe pria yang romantis serta inginnya nempel ke mana-mana berdua. Aku menghargai sikapnya itu. Aku sendiri juga bukan tipe wanita yang ingin selalu nempel ke mana-mana dengan kekasihnya (awalnya kupikir begitu, ternyata aku juga ingin diperlakukan manis oleh kekasihku.)
Aku terdiam sejenak melihat mobilnya pergi meninggalkan dan semakin jauh, sampai tak terlihat lagi. Belum terpikir dalam benakku hendak ke mana ini. Akhirnya aku berjalan saja membiarkan kedua kaki ini membawaku. "Mau ke mana? kok kamu di sini?" sebuah suara mengejutkanku. Suara yang kukenal. Itu suara Abi. "Oh, iya aku mau pulang" kataku singkat. "Naiklah. Kau kuantar saja," katanya. Tak berpikir panjang aku naik ke atas motornya. Diboncengnya aku dan kamipun turun di sebuah cafe kecil yang tak begitu ramai. "Yuk kita ke sini dulu, kamu butuh ketenangan tampaknya," katanya lagi.
Aku tak tahu kenapa ia seperti sangat mengerti aku. Aku tak pernah mengenal dirinya. Tak pernah bicara panjang lebar kepadanya. Bahkan menurutku ia adalah sosok pendiam dan angkuh, yang bahkan sekantorpun ia tak mau menyapaku seperti rekan lainnya. Namun hari itu aku bercerita panjang lebar tentang kejadian yang baru saja kualami. Aku tak pernah seterbuka itu tentang kehidupan pribadiku. Tapi rasanya bercerita kepadanya membuatku sangat lega, dan nyaman.
Tak berapa lama aku keluar dan memberikan sambutan hangat dan menggandeng tangan Abi pergi. Sejak hari aku ditinggalkan oleh kekasihku, Abi memberikan perhatian dan kenyamanan yang tak pernah kutemukan di diri orang lain. Di balik sikap pendiamnya, ternyata ia penuh kehangatan dan kasih sayang. Tak pernah ia memperlakukan aku dengan kasar sekalipun kami berbeda pendapat. Kami selalu membahas semua hal dengan sangat menyenangkan. Dengan sopan ia selalu menemani dan mengantarku sampai ke tempat tujuan. Membuatku merasa dilindungi sebagai kekasih, dan seorang wanita. Ia tak pernah meremehkan dan merendahkan aku. Bahkan ia yang selalu memberikan dukungan pada setiap hal yang kulakukan. Yah... kuakui memang ia bukan sosok yang selalu sempurna. Tetapi bagiku ia tetap sempurna. Sesempurna pertemuan kami dulu. Pertemuan yang serba kebetulan dan sangat indah.